Jumat, 17 Desember 2010

Mengapa harus sebelah mata ???

apa yang anda pikirkan ketika melihat judul di atas ?? apakah tentang seseorang yang sedang mengalami sakit di bagian mata sehingga ia hanya bisa melihat hanya dengan sebelah matanya saja ???? kalo ternyata yang anda pikirkan adalah apa yang telah saya katakan tadi, ternyata anda termasuk orang yang pintar... (lho?!!!!)
tentu saja tidak teman...
di sini saya hanya ingin membahas betapa sebegitu sempitnya seseorang atau sekelompok masyarakat dalam menilai sesuatu tanpa mau membuka pikiran mereka lebar-lebar tentang apa sisi lain yang dapat mereka tangkap dari hal mereka nilai...
ada banyak sekali contoh tentang sempitnya cara pikir masyarakat dalam menilai suatu hal. Tidak perlu jauh-jauh mencarinya, carilah yang ada disekitar kita, sebagai contoh saya... ^^
saya tengah melanjutkan study di sebuah universitas di kota saya. Bisa dikatakan, ada banyak sekali hambatan bahkan cobaan mental yang saya terima ketika saya memutuskan untuk melanjutkan study ke universitas tersebut. Bahkan sampai detik ini, dan bisa saja sampai semester akhir nanti...
banyak orang bilang di universitasku ada banyak sekali “ayam kampus”, bahkan bisa di bilang masyarakat sering menganggap rata pandangan mereka terhadap seluruh wanita yang tengah study di universitasku. Menurut saya itu adalah salah satu bukti bagaimana sempitnya pemikiran masyarakat dalam menilai suatu hal. Mungkin di pikiran mereka hanya universitas atau perguruan tinggi yang ber-basic islam lah yang bersih dari yang namanya “ayam kampus”. Tanpa mereka sadari dan tanpa mereka mau melihat bagaimana bebasnya pergaulan anak muda jaman sekarang. Bukan hanya para mahasiswa, tetapi siswa SMA bahkan SMP pun tidak sedikit yang sudah melakukan hubungan sex diluar nikah, dan tidak salah juga jika kita menganggap mereka sebagai “ayam sekolah” (‘ayam’ yang ada di kampus namanya “ayam kampus”, sedangkan ‘ayam’ yang ada di sekolah namanya “ayam sekolah”)
*gag penting banget*
kembali ke contoh...
bukan hanya itu saja yang sering masuk ke telingaku tentang bagaimana hujatan-hujatan masyarakat tentang universitasku.
Banyak masyarakat menganggap universitas saya adalah universitas murahan (bahasa belandanya ‘ecek-ecek’, hahaa...). masyarakat sering sekali lebih ‘melebih-lebihkan’ seseorang yang tengah kuliah di luar kota di manapun universitasnya entah itu universitas yang sudah mempunyai nama atau belum. Mereka hanya berfikir bahwa universitas di luar kota lebih bagus kualitasnya di bandingkan universitas di kotanya sendiri, maklum lah.... di luar kota ada banyak sekali universitas dari pada di kota kelahiran saya.
Padahal, tidak ada yang salah, perihal dimanapun kita melanjutkan study, entah itu di luar kota ataupun di kota kelahiran sendiri. Mata kuliah yang di ajarkan sama. Baik buruknya menurut saya bukan terletak di mana kita melanjutkan study, tetapi pada mahasiswanya. Ketika ada seorang mahasiswa tengah melanjutkan study di universitas yang mereka anggep murahan tetapi mahasiswa tersebut menjalani apa yang menjadi pilihannya dengann niat yang kuat, tidak akan ‘tidak mungkin’ kualitas yang ia peroleh sama dengan kualitas mahasiswa lulusan universitas di luar kota...
Contoh terakhir (atau lebih tepatnya ‘beban mental terakhir’) yang saya dapat ketika saya putuskan untuk melanjutkan study ke universitas di kota kelahiran saya adalah ada banyak sekali orang bahkan hampir semua masyarakat mengaggap mahasiswa yang tengah study di sekolah tinggi ilmu kesehatan (entah itu perawat ataupun bidan) lebih ‘baik’ dibandingkan seorang mahasiswa yang tengah study di fakultas keguruan ataupun fakultas-fakultas lain.
Sedikit cerita... satu atau tahun yang lalu ada seorang teman yang bertanya kepada saya dimana saya melanjutkan study, ketika saya menjawab di universitas ******sensor******, dia malah berkomentar “mengapa saya melanjutkan study di tempat itu?? kuliah tu di kesehatan, perawat atau bidan”...
Antara sakit hati dan ‘gemes’ mendengar komentar dia tentang saya. Yang ada dipikiran saya saat itu “kenapa dia berbicara seperti itu tanpa melihat kondisi dia yang hanya bekerja sebagai burh jahit? Kenapa dia tidak berfikiran bahwa ‘dia bisa melanjutkan kuliah, sedangkan saya tidak, tidak seharusnya saya berbicara seperti itu kepada seseorang yang nasib nya lebih beruntung dari pada saya’.
Memang terasa begitu aneh ketika masyarakat tidak mau menyadari bahwa kesuksesan dan rejeki sudah ada yang mengatur. Tanpa mereka sadari bahwa setiap orang akan sukses, tergantung waktu, apakah 5, 10, ataupun 15 tahun lagi.
Semua yang telah saya tulis (lebih tepatkah curahan isi hati saya???? ) adalah sebagian kecil contoh tentang bagaimana sempitnya pemikiran mereka dalam menilai suatu hal. Bagaimana dengan anda??
Apakah anda juga termasuk dalam masyarakat yang berpemikiran sempit??

Jumat, 18 Juni 2010

TSUNAMI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana alam merupakan hal yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Karena hampir setiap hari selalu ada bencana yang menimpa manusia. Namun tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi merupakan salah satu bencana yang sedang marak dibicarakan semenjak kejadian tsunami aceh beberapa tahun silam.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia patut waspada akan adanya tsunami. Sebagai orang awam, kita juga patut tahu tentang apa itu tsunami, penyebab serta cara-cara penyelamatan ketika tsunami itu datang, begitu juga dengan dampak yang dihasilkan akibat terjadinya tsunami tersebut. Meskipun kita tidak pernah tahu kapan tsunami itu datang. Karena tsunami merupakan fenomena/bencana alam yang paling menakutkan dan paling bertanggung jawab atas hilangnya harta benda dan kematian manusia yang jumlahnya tidak sedikit.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan penyusunan makalah ini, maka diperoleh masalah-masalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian tsunami ?

2. Apa saja penyebab terjadinya tsunami

3. Apa saja tanda-tanda serta potensi tsunami di Indonesia ?

4. Apa saja dampak yang ditimbulkan akibat tsunami ?

5. Bagaimana cara penyelamatan ketika terjadi tsunami ?

1.3 Batasan Masalah

Pembahasan makalah ini hanya dibatasi dalam bencana alam khususnya bencana alam tsunami.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tsunami

Tsunami berasal bahasa jepang, yakni dari kata ; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan" adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, hantaman meteor di laut dan lain-lain. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah.

Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami. (http://alpensteel.com/article/51-113-energi-lain-lain/2912--definisi-dari-tsunami.html )

2.2 Penyebab terjadinya Tsunami

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus.

Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.

Gb. Mekanisme tsunami akibat gempa dasar laut

(http://www.dudioke.co.cc/2009/09/apa-itu-tsunami-tsunami-berasal-dari.html)

Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.

Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter. (http://alpensteel.com/article/51-113-energi-lain-lain/2912--definisi-dari-tsunami.html )

2.3 Tanda-tanda akan terjadinya Tsunami

Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah :

1. Air laut yang surut secara tiba-tiba.

2. Bau asin yang sangat menyengat.

3. Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras.

Tsunami terjadi jika :

· Gempa besar dengan kekuatan gempa > 6.3 SR

· Lokasi pusat gempa di laut

· Kedalaman dangkal <>

· Terjadi deformasi1) vertikal dasar laut

Potensi tsunami di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama kepulauan yang berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara lain Barat Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Utara Papua, Sulawesi dan Maluku, serta Timur Kalimantan

Tsunami di Indonesia pada umumnya adalah tsunami lokal, dimana waktu antara terjadinya gempa bumi dan datangnya gelombang tsunami antara 20 s/d 30 menit.

2.4 Dampak yang ditimbulkan akibat Tsunami

Bencana Tsunami dapat disebutkan sebagai bencana alam terbesar yang pernah ada, karena besarnya kekuatan gempa buminya serta luasnya dampak yang diakibatkan oleh tsunami. Pengalaman pahit ini membuka mata semua orang akan bahaya tsunami yang sangat dashyat ini serta dampak yang ditimbulkan akibat tsunami.

Dampak/akibat dari kejadian tsunami dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Dampak Langsung

Dampak langsung seperti : adanya bangunan rusak/robah, gerakan tanah/terbelah/bergeser

2. Dampak Tidak Langsung

Dampak tidak langsung dari tsunami yang di akibatkan oleh gempa bumi adalah: terjadinya gejola sosial, kelumpuhan ekonomi, wabah penyakit, gangguan ekonomi, gangguan psikologis, dan lain-lain. (selasa 28 juni 2005. http://www.bainfokomsumut.go.id/listartikel.php)

2.5 Cara Penyelamatan jika terjadi Tsunami

Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat. Janganlah ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan lautan. Berikut beberapa cara penyelamatan yang harus dilakukan sebelum terjadinya tsunami:

a) Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempa bumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.

b) Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan seperti di atas, carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building), gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya sampai ke lantai 3).

c) Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.

d) Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.

e) Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban. (oleh aminah 03.agustus.08.tsunami. http://www.azuranime.wordpress.com/2008/08/03/tsunami/)

Melihat kejadian di Aceh dan di Nias, maka sudah selayaknya kita belajar untuk bersahabat dengan alam dan berupaya untuk memecahkan misteri-misteri alam, terutama terhadap kejadian gempa dan tsunami. Kita wajib untuk terus menerus mencari tanda-tanda alam karena kita merupakan bagian dari alam. Sehingga ke depan, kita bangsa Indonesia, yang memang ditakdirkan untuk hidup di tengah-tengah hampir semua bencana, mampu untuk dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana terjadi.

Penanaman bakau sepanjang pantai sebagai salah satu upaya memperkecil dampak kerusakan tsunami perlu digalakkan karena bisa sebagai penghalang. Tanaman bakau dapat mengurangi tinggi gelombang menjadi setengah dari tinggi gelombang tanpa ada tanaman bakau. Pengelolaan Zona Pantai Terpadu sudah saatnya dilakukan. (Robert J Kodoatie. pengajar Jurusan Teknik Sipil FT Undip. http://www.suaramerdeka.com Selasa, 12 April 2005)


BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggaggu kehidupan serta penghidupan masyarakat yang di sebabkan faktor alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulmya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Indonesia pada umumnya dan wilayah Sumatera Utara pada khususnya merupakan daerah yang rawan terjadi bencana. Dalam rangka mengurangi dampak bencana tersebut sangat perlu dilaksanakan mitigasi terhadap bencana-becana dimaksud. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Pentingnya berbagai macam tanda atau peringatan yang telah ada di sekitar kita merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang sebenarnya perlu untuk di perhatikan. Namun, kebanyakan dari mereka masih banyak yang menyepelekan peringatan tersebut, yang mana akan memperparah dampak yang ditimbulkan. Keterlambatan penanganan dari pemerintah juga merupakan salah satu kendala yang harus diperbaiki agar resiko akibat bencana alam yang terjadi dapat berkurang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu segala macam kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima guna lebih sempurnanya penyusunan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Ryanzhu. 2008 (diakses 10 April 2010). Definisi dari Tsunami. http://alpensteel.com/article/51-113-energi-lain-lain/2912--definisi dari-tsunami.html

Eddy syofian. 2005 (diakses 10 April 2010). Tsunami yang di timbulkan oleh Gempa Bumi. http://www.bainfokomsumut.go.id/listartikel.php

Aminah. 2008 (diakses 10 April 2010). Tsunami. http://www.azuranime.wordpress.com/2008/08/03/tsunami

Dudi Jaya. 2008 (diakses 12 April 2010). Apa itu Tsunami. http://www.dudioke.co.cc/2009/09/apa-itu-tsunami-tsunami-berasal-dari.html

Robert J Kodoatie. 2005 (diakses 10 April 2010). Pedoman Mengatasi Gempa. http://www.suaramerdeka.com

Selasa, 06 April 2010

variasi bahasa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

"Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia", demikianlah bunyi alenia ketiga sumpah pemuda yang telah dirumuskan oleh para pemuda yang kemudian menjadi pendiri bangsa dan negara Indonesia. Bunyi alenia ketiga dalam ikrar sumpah pemuda itu jelas bahwa yang menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Kita sebagai bagian bangsa Indonesia sudah selayaknya menjunjung tinggi bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa bunyi suara atau tanda/isyarat atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada manusia lain

Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat:

a) Memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia.

b) Mendeskripsikan penggunaan variasi bahasa.

c) Mendeskripsikan jenis-jenis variasi bahasa dan fungsi bahasa.

1.3 Manfaat

Beberapa manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

a) Bagi masyarakat/pembaca

· Dapat dijadikan acuan dalam berkomunikasi.

· Dapat menggunakan berbagai macam variasi bahasa sesuai dengan konteksnya.

b) Bagi mahasiswa

· Dapat dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya pengetahuan pada umumnya.

1.4 Permasalahan

Berdasarkan paparan penyusunan makalah ini, maka diperoleh masalah-masalah sebagai berikut:

a) Apakah pengertian dari variasi bahasa serta jenis-jenisnya.

b) Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan adanya variasi bahasa.

c) Bagaimanakah cara mengatasi adanya variasi bahasa.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Variasi Bahasa

Aslindgf (2007:17) menyatakan bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induksinya. Variasi bahasa di sebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat/kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturannya yang tidak bersifat homogen.

Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasa lain. Dalam perkembangan masyarakat modern saat ini, masyarakat Indonesia cenderung lebih senang dan merasa lebih intelek untuk menggunakan bahasa asing. Hal tersebut memberikan dampak terhadap pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa.

2.2 Macam-macam Variasi Bahasa

Berikut merupakan macam-macam variasi bahasa dilihat dari berbagai segi.

1. Variasi bahasa dari segi penutur

a. Variasi bahasa idioiek

Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idioiek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing.

b. Variasi bahasa dialek

Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya.

c. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal

Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.

d. Variasi bahasa sosiolek

adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya.

e. Variasi bahasa berdasarkan usia

Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa.

f. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan

yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah, mahasiswa atau para sarjana.

g. Variasi bahasa berdasarkan seks

Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.

h. Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur

Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.

i. Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan

Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang lerkail dengan lingkat dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat.

j. Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur

Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah.

berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal, slang, kulokial, jargon, argoi, dan ken. Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:

1. Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi darivariasi sosial lainya.

2. Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkandipandang rendah.

3. Vulgal adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yangkurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan.

4. Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia.

5. Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok(dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak).

6. Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok social tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak.

7. Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mataartinya polisi.

8. Ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.

2. Variasi bahasa dari segi pemakaian

Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau funsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra ataupun jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu.

3. Variasi bahasa dari segi keformalan

Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2004:700) membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu:

a. Gaya atau ragam beku (frozen)

Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagai nya.

b. Gaya atau ragam resmi (formal)

Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.

c. Gaya atau ragam usaha (konsultatif)

Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.

d. Gaya atau ragam santai (casual)

Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya.

e. Gaya atau ragam akrab (intimate)

Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas.

f. Variasi bahasa dari segi sarana

Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan.

2.3 Sebab-sebab Adanya variasi Bahasa

Beberapa penyebab adanya variasi bahasa adalah sebagai berikut :

1. Interferensi

Chaer (1994: 66) memberikan batasan bahwa interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu.

Bahasa daerah masih menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi sehingga rasa cinta terhadap bahasa Indonesia harus terkalahkan oleh bahasa daerah.

Alwi, dkk.(eds.) (2003: 9), menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa Jawa, misalnya dianggap pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan bahasa Inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi.
Selain bahasa daerah, bahasa asing (baca Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan di atas bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang sudah tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengkibatkan lunturnya bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi bahasa primadona. Misalnya, masyarakat lebih cenderung memilih “pull” untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta “welcome” untuk “selamat datang”.

2. Integrasi

Selain interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi antara lain montir, riset, sopir, dongkrak.

3. Alih Kode dan Campur Kode

Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994: 69). Di antara ke dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode.

Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia dicampurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah, begitu juga sebaliknya. Dalam kalangan orang terpelajar seringkali bahasa Indonesia dicampur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.

4. Bahasa Gaul

Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.

Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.

Contoh penggunaan bahasa gaul sebagai berikut :

Bahasa Indonesia

Bahasa Gaul (informal)

Aku, Saya

Gue

Kamu

Elo

Di masa depan

kapan-kapan

Apakah benar?

Emangnya bener?

Tidak

Gak

Tidak Peduli

Emang gue pikirin!

2.4 Cara Mengatasi adanya Variasi Bahasa

Terdapat beberapa langkah mengatasi adanya variasi bahasa di sekitar kita, diantaranya sebagai berikut:

1. Menjadikan lembaga pendidikan sebagai basis pembinaan bahasa
Dunia pendidikan yang syarat pembelajaran dengan media bahasa menjadikan bahasa sebagai alat komunikasi yang primer. Sejalan dengan hal tersebut, bahasa baku merupakan simbol dalam dunia pendidikan dan cendekiawan. Penguasaan Bahasa Indonesia yang maksimal dapat dicapai jika fundasinya diletakkan dengan kokoh di rumah dan di sekolah atau tempat-tempat formal lainnya.

2. Perlunya pemahaman terhadap bahasa Indonesia yang baik dan yang benar

Kurangnya pemahaman terhadap variasi pemakaian bahasa berimbas pada kesalahan penerapan berbahasa. Secara umum dan nyata perlu adanya kesesuaian antara bahasa yang dipakai dengan tempat berbahasa. Tolok ukur variasi pemakaian bahasa adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan parameter situasi.

3. Diperlukan adanya undang-undang kebahasaan

Dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa diarapkan masyarakat Indonesia mampu menaati kaidahnya agar tidak mencintai bahasa negara lain di negeri sendiri.

4. Peran variasi bahasa dan penggunaannya

Penggunaan variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya (diglosia), yaitu antara bahasa resmi atau bahasa tidak resmi.

a. Variasi bahasa tinggi (resmi)

Digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, khotbah, suat menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah.

b. Variasi bahasa rendah

Digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa ini dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum, dan tidak pernah dalam pendidikan formal.

5. Menjunjung tinggi bahasa Indonesia di negeri sendiri

Sebenarnya apabila kita mendalami bahasa menurut fungsinya yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan utama di negara Republik Indonesia.

Bahasa daerah yang berada dalam wilayah republik bertugas sebagai penunjang bahasa nasional, sumber bahan pengembangan bahasa nasional, dan bahasa pengantar pembantu pada tingkat permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi, bahasa-bahasa daerah ini secara sosial politik merupakan bahasa kedua.

Berbeda dengan bahasa-bahasa negara lain, dalam kedudukannya sebagai bahasa asing, bahasa-bahasa terebut bertugas sebagai sarana perhubungan antarbangsa, sarana pembantu pengembangan bahasa Indonesia, dan alat untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern bagi kepentingan pembangunan nasional. Jadi, bahasa-bahasa asing ini merupakan bahasa ketiga di dalam wilayah negara Republik Indonesia.


BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Variasi bahasa merupakan salah satu gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa. Hendaknya penggunaan variasi bahasa dalam kehidupan sehari-hari harus di sesuaikan dengan konteks penggunaannya. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat.

Salah satu kebijakan untuk tetap melestarikan bahasa nasional adalah pemerintah bersama segenap lapisan masyarakat menjunjung tinggi bahasa Indonesia agar tetap menjadi bahasayang dapat dibanggakan dan sejajar dengan bahasa-bahasa di seluruh dunia.

3.2 Saran

Kami sebagai penulis makalah ini menyarankan kepada para pembaca agar dapat menggunakan barbagai variasi bahasa sesuai dengan konteks dan tempatnya.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala macam kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima, guna sempurnanya makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta.

Alwi,dkk (eds). 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Umi Faizah, S.Pd. 2009 (diakses 5 Maret 2010). Bahasa Indonesia, Antara Variasi dan Penggunaan. www.um-pwr.ac.id/web/artikel.html